KEPERCAYAAN

Selama ini, di dalam suatu hubungan, umumnya orang lebih sering menyalahkan orang lain apabila terjadi suatu kesalahan,
tanpa pernah mau melihat dirinya sendiri.

Kita harus mau mempelajari diri kita sendiri, "apakah pikiran kita telah terbelenggu ?"
atau "apakah kita belum berpikir 'secara melingkar' ?"
Mungkin saat itu kita terlalu mengedepankan salah satu dorongan suara hati, misalnya anda ingin menciptakan sesuatu, tetapi mungkin anda lupa dengan dengan konsep "pemikiran Esa", yaitu di samping mencipta kita pun harus berhitung dan bijaksana.
Tidak hanya satu sisi saja.

Karena itu, Allah menganjurkan agar kita selalu ber-ISTIGHFAR, yaitu suatu proses pengakuan bahwa kita belum sempurna dalam menyelaraskan 99 Asmaul Husna milik Allah.
Hal ini didukung pula oleh penulis buku laris "The Seven Habits of Highly Effective People" Stepen R. Covey sebagai berikut : "Jauh lebih baik bagi jiwa manusia untuk membiarkan orang lain menilai dirinya sendiri, daripada kita menilai orang lain. dan dalam banyak kepercayaan yang tinggi, hal ini jauh lebih akurat. Dalam banyak kasus, orang tahu dalam hati bagaimana sesungguhnya yang jauh lebih baik dibandingkan apa yang terjadi dan terlihat. Ketatajam penilaian sendiri-sendiri sering lebih akurat dibandingkan observasi dan pengukuran."

Namun pada kenyataannya, lebih banyak orang yang suka melemparkan suatu kesalahan kepada orang lain, meskipun ia tahu dan bisa merasakan bahwa sebenarnya dirinyalah yang bersalah.
Akibatnya hal ini akan menghambat kualitas hubungan antar manusia & lama-kelamaan kepercayaan yang dimiliki satu sama lain akan habis terkuras.

Ironisnya hal ini sering tidak kita sadari ...
dari buku ESQ Emotional Spiritual Quotient
»»  READMORE...
Template by : anchar revolusiparadigmaterkini.blogspot.com