AKAN TERASA LEBIH ENAK MENGUNYAH SENDIRI

AKAN TERASA LEBIH ENAK MENGUNYAH SENDIRI

07 April 2010 jam 18:03
Seorang murid mengeluh kepada Gurunya, "Bapak menuturkan banyak cerita, tetapi tidak pernah menerangkan maknanya kepada kami." Jawab sang Guru: "Bagaimana pendapatmu, Nak, andaikata seseorang menawarkan buah kepadamu, namun mengunyahkannya dahulu bagimu?" (A. de Mello SJ, Burung Berkicau)

Apa makna percakapan murid dan guru tersebut?
saya pikir jauh lebih baik Anda menjawabnya sendiri.
Sebab saya yakin Anda tidak ingin memakan buah yang sudah saya kunyahkan dulu bagi Anda.

izinkanlah saya untuk mengunyah buah saya sendiri, dan menuturkan kepada Anda rasa buah itu, lalu Anda juga menuturkan rasa buah yang Anda kunyah sendiri.

Saya sering membayangkan hidup di sebuah dunia di mana setiap penghuninya dapat dengan bebas dan terbuka saling berbagi cerita dan pengalaman, membuka dirinya bagi kehadiran dan keberadaan pihak lain. Menerima keberadaan orang lain apa adanya, dan saling menjunjung kedaulatan serta kemerdekaan pihak lain. Namun hal itu belum dapat saya temukan dalam dunia pendidikan…….
Sayang sekali, kita tak dapat menutup mata terhadap kenyataan bahwa banyak orang yang (baik disadari maupun tidak) lebih senang memakan buah yang lebih dulu dikunyahkan orang lain yang dianggap lebih tahu, lebih bijaksana, lebih pengalaman, lebih pintar... .
Sebagaimana dalam dunia pendidikan murid-murid merasa lebih "aman" bila tahu apa pendapat gurunya tentang sesuatu hal, dan akhirnya menjadikan pendapat gurunya tersebut sebagai pendapatnya juga. Lalu ketika saatnya ujian, jawaban yang diberikan murid adalah jawaban yang sama persis dengan pendapat sang guru, meskipun soal di kertas ujian sangat jelas terbaca: "Uraikan pendapatmu tentang..." Celakanya lagi, sang guru tampak senang dan memberi nilai yang baik, atas jawaban si murid, sebab dianggap muridnya sudah dapat memberikan jawaban dan pendapat yang baik dan tepat, sama seperti pendapatnya.
Jika hal ini cenderung (atau bahkan mungkin sudah) menjadi kenyataan dalam proses pendidikan kita, maka tampaknya kita pantas mengurut dada bila pendidikan tidak lagi dipandang sebagai upaya memanusiakan manusia, melainkan mem-beo-kan manusia……
naudzu billahi minzalik……

0 komentar:

Template by : anchar revolusiparadigmaterkini.blogspot.com